Jumat, 19 September 2014

BAGIAN TUBUH TERPENTING




Dimasa kecil dulu, ibu acap kali bertanya kepadaku tentang bagian tubuh mana yang terpenting bagi kita, dan sepanjang waktu itu aku selalu mencoba-coba menebak jawaban yang kupikir paling benar.
Ketika kecil, pertama-tama yang kupikirkan sebagai hal terpenting dalam hidup adalah suara, maka aku berkata pada ibuku, telingalah yang terpenting. Namun, ibuku berkata, “Bukan, sebab banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah berpikir dan saya akan tanyakan lagi hal ini kepadamu.”
Beberapa tahun kemudian, ia bertanya lagi kepadaku. Sejak saat terakhir kupikirkan saya mencoba menemukan jawaban yang lebih benar. Maka, kali itu kukatakan pada ibuku, “Pastilah mata, sebab penglihatan sangatlah penting.”
Ia menatapku, dan mengatakan bahwa aku belajar dengan cepat, tetapi jawabanku masih keliru sebab banyak orang di dunia ini yang buta.
Bertahun-tahun kemudian aku terus belajar dan ibupun kembali menanyakan hal yang sama. Dan, selalu, ia memberikan tanggapan yang sama, “Keliru, tetapi kau semakin bertambah pintar, anakku!”
Sampailah tiba waktu, tahun lalu, kakekku meninggal. Kami semua sedih, kami semua menangis. Bahkan ayahku pun menangis. Aku ingat peristiwa itu karena baru kedua kalinyalah kusaksikan ayahku menangis. Ibuku menatapku saat terakhir kami harus mengucapkan salam berpisah pada kakekku. Ia bertanya padaku, “Sudahkah kau tahu bagian tubuh mana yang terpenting kita, anakku?”
Aku sungguh kaget ia menanyakan hal tersebut saat itu. Saya tadinya berpikir ibu menanyakan hal itu selama ini hanyalah  sebagai permainan antara kami berdua. Ia tampak bingung menatap wajahku dan berkata, “Pertanyaan ini sungguh penting. Ini menunjukkan bahwa kau betul-betul hidup dalam kehidupanmu. Untuk tiap jawaban yang kau berikan dulu selalu kukatakan keliru dan kujelaskan alasannya. Tapi, hari ini, kau perlu memahami pelajaran penting itu.”
Ia menatapku dalam-dalam, tatapan seorang ibu. Kulihat air matanya menetes, dan berkata, “Anakku, bagian tubuh yang terpenting adalah bahumu.”
“Apakah karena dia menopang kepalaku?”
“Bukan, karena ia dapat menumpu kala sahabat atau orang yang kita cintai pada satu titik dalam hidupnya, anakku. Aku hanya berharap kau cukup memiliki cinta dan sahabat yang akan menyediakan bahunya menjadi tumpuan saat kau menangis atau memerlukannya.”

Tidak ada komentar: